Selasa, 16 April 2013

TUGAS RANGKUMAN

Diposting oleh Yuni Hiziatun di 20.19 0 komentar
MEMONITOR KORUPSI : BUKTI DARI SEBUAH PENELITIAN DI INDONESIA
Oleh : Benjamin A. Olken (Harvard University and National Bureau of Economic Research)

Paper ini berisi tentang pengujian hasil dari suatu penilitian di Indonesia, yang didisain untuk menyelidiki pendekatan alternatif untuk menanggulangi korupsi.
Adapun paper ini menguji akibat dari dua strategi yaitu:
1.      Top-down monitoring yang dilakukan akuntan publik/ pemerintah.  
2.      Bottom-up monitoring melalui keikut sertaan desa pada proses monitoring desa.
Hasil penilitian menyatakan bahwa peningkatan kemungkinan dari audit eksternal pada hakikatnya mengurangi pembiayaan yang hilang pada proyek. Pada hal tertentu, meningkat kemungkinan suatu desa teraudit oleh kantor audit pemerintah pusat dari baseline 4 % sampai 100 % dikurangi penjualan yang hilang dari 27,7 ke 19,2 presen poin.  
Salah satu alasan penururunan tidak lebih dari itu adalah audit 100% tidak dapat menyiratkan pejabat desa, 100% kemungkinan medeteksi korupsi dan menetapkan hukuman. Walaupun auditor menemukan beberapa jenis pelanggaran, 90% dari total desa yang dikunjungi, kebanyakan pelanggaran yang terjadi adalah prosedur yang bersifat alami dan jumlahnya sangat sedikit.  Kemungkinan yang rendah dari suatu prosedur formal dan hukuman yang menganjurkan hukuman yang lebih tinggi pada saat pengusutan mungkin akan menjadi pelengkap keefektifan ke kemungkinan audit yang lebih tinggi. Penulis juga menyarankan untuk mempublikasikan hasil audit kepada masyarakat umum, sehingga dapat digunakan dalam membuat pilihan ekektoral dan kemungkinan digunakan sebagai pelengkap dalam hukuman formal.
Bukti yang diperoleh pada partisipasi masyarakat desa menunjukan bahwa bertambhnya masyarakat desa dalam melakukan pengawasan, mengurangi hilangnya pembelanjaan hanya di bawah serangkaian keadaan.
1.       hasilnya menunjukkan bahwa mengundang lebih penduduk desa untuk memantau pertemuan mengurangi  hilang pembelanjaan/pengeluaran, tenaga kerja dengan tak berdampak pada materi dan, sebagai konsekuensi, dampak kecil secara keseluruhan.
2.       Kedua, hasilnya menunjukkan bahwa anonym mengeluarkan komentar untuk masyarakat desa  mengurangi missing expenditure hanya jika komentar dibagikan melalui sekolah di desa, benar-benar melewati pejabat desa yang mungkin telah terlibat dalam proyek. Ini menunjukkan bahwa keperdulian harus diambil dalam merancang program pengawasan grassroots untuk memastikan bahwa mereka tidak ditangkap oleh para elit lokal.
Hasil dalam makalah ini mewakili hasil dari sebuah short-run intervensi. Jika auditor yang bribable, dari waktu ke waktu desa dapat mengembangkan dan menjalin hubungan dengan auditor yang dapat membuat menyuap auditor lebih mudah daripada dalam kasus satu episode diperiksa di sini. Ini mungkin kusarankan, misalnya, yang sering rotasi auditor probabilitas atau lebih rendah dari audit dikombinasikan dengan makin tingginya hukuman  dapat optimal.
Bahkan untuk satu kali ini intervensi, hasil tertentu akan menjadi jelas
hanya dengan waktu. Sebagai contoh, setelah beberapa tahun, maka akan jelas
apakah peningkatan pengawasan yang dikenakan oleh audit mempengaruhi yang
memilih untuk terlibat dalam manajemen proyek, dan apakah negatif
temuan audit mempengaruhi probabilitas pemilihan aparat desa.
Mengurangi korupsi juga dapat mengurangi pengeluaran kampanye untuk desa kantor, karena sewa dari mendapatkan posisi ini akan mengalami penurunan. Apakah pembelanjaan kampanye dikurangi berbentuk sedikit bantuan tunai kepada warga desa, atau banner iklan sedikit calon 'nama, akan menentukan kesejahteraan utama ekuilibrium umum sosial implikasi dari pengurangan korupsi. Efisiensi dampak pengurangan korupsi juga akan menjadi lebih jelas dengan waktu karena kita dapat mengamati perubahan dalam berapa lama jalan berlangsung. memahami
implikasi jangka panjang kebijakan anti korupsi tetap menjadi penting
masalah untuk penelitian masa depan

Selasa, 02 April 2013

PENGENDALIAN INTERN DENGAN KERANGKA COSO

Diposting oleh Yuni Hiziatun di 18.12 1 komentar
Coso???

Jangan ngaku anak akuntansi kalau kalian ga tahu apa itu COSO!

Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission atau yang lebih dikenal dengan COSO merupakan inisiatif bersama dari lima organisasi profesional sektor swasta yaitu :
  1. American Accounting Association
  2. American Institute of CPAs (AICPA)
  3. Financial Executives International
  4. The Association of Accountants and Financial Professionals in Business
  5. The Institute of International Auditors
COSO mendedikasikan untuk menyediakan kepemimpinan pemikiran melalui pengembangan kerangka kerja dan pedoman manajemen risiko perusahaan, pengendalian internal dan pencegahan penipuan dan berdiri pada tahun 1985.

Walaupun disponsori sama 5 professional association, tapi pada dasarnya komisi ini bersifat independen dan orang-orang yang duduk di dalamnya berasal dari beragam kalangan: industri, akuntan publik, Bursa Efek, dan investor. Nama ‘Treadway’ sendiri berasal dari nama ketua pertamanya yaitu James C. Treadway, Jr.
  
Adapun Visi dan Misi adalah sebagai berikut
Misi 
Komite Sponsoring Organisasi '(COSO) misinya adalah untuk memberikan pemikiran kepemimpinan melalui pengembangan kerangka kerja yang komprehensif dan pedoman manajemen risiko perusahaan, pengendalian internal dan pencegahan penipuan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja organisasi dan pemerintahan dan untuk mengurangi
tingkat kecurangan dalam organisasi.
Visi
Visi COSO adalah untuk menjadi pemimpin pemikiran yang diakui di pasar global pada pengembangan bimbingan di bidang risiko dan kontrol yang memungkinkan tata kelola organisasi yang baik dan pengurangan penipuan.

Pada tahun 1992 COSO mengeluarkan definisikan  tentang pengendalian intern sebagai berikut: Internal control is process, affected by entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:
  • Effectiveness and efficiency of operations
  • Realibillty of Financial Reporting
  • Compliance with Applicable laws and regulations
Atau terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut : sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini:
  • Efektivitas dan efisiensi operasi
  • Keandalan pelaporan keuangan
  • Kepetuhan kerhadap hukum dan peraturan yang berlaku).
Menurut COSO framework, Internal control terdiri dari 5 komponen yang saling terkait, yaitu:

  1. Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan kompetensi dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab serta mengorganisasikan dan mengembangkan orangnya, perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh board.
  2. Penaksiran risiko (risk assessment). Mekanisme yang ditetapkan untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang berkaitan dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.
  3. Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.
  4. Informasi dan komunikasi (informasi and communication). Sistem yang memungkinkan orang atau entitas, memperoleh dan menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.
  5. Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu dipantau, proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya
Di tahun 2004, COSO mengeluarkan report ‘Enterprise Risk Management – Integrated Framework’, sebagai pengembangan COSO framework di atas. Dijelaskan ada 8 komponen dalam Enterprise Risk Management, yaitu: 
  • Internal Environment
  • Objective Setting
  • Event Identification
  • Risk Assessment
  • Risk Response
  • Control Activities
  • Information and Communication
  • Monitoring
 

Tujuan utama Enterprise Risk Management (ERM) adalah untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di seluruh organisasi. ERM Pelaksana dapat tampak seperti tugas yang menakutkan tetapi ketika satu mendapatkan pemahaman tentang apa itu, dan kemudian menjadi lebih mudah untuk memahami bagaimana hal itu dapat diimplementasikan.


perubahan Versi COSO



Senin, 25 Maret 2013

PERENCANAAN AUDIT

Diposting oleh Yuni Hiziatun di 23.56 0 komentar

PERENCANAAN AUDIT
KELOMPOK 9
SILVIA DEWI L C1C010050
CITRA PUSPITA C1C010053
SAUSAN NUHAA M C1C010055
DEDE EROS R C1C010058
YUNI HIZIATUN C1C010078


Perencanaan merupakan tahapan yang penting dalam audit, karena perencanaan mengatur mengenal urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam standar auditing bagian standar pekerjaan lapangan, menyatakan bahwa :“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”
Perencanaan Audit merupakan tahap kedua dari suatu audit yang menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.

 Luas perencanaan audit dipengaruhi oleh:
·         Ukurandankompleksitasperusahaanklien
·         Pengalamanauditor denganklien
·         Pengetahuandankemampuanauditor besertaseluruhstafnya


Adapun tujuan Perencanaan Audit ialah:
·        Memperoleh bukti kompeten yang mencakupi dalam situasinya pada saat itu
·         Menekan biaya audit
·         Menghindari salah pengertian dengan klien

Tahapan dalam perencanaan aduit meliputi

1        1.    Memahami Bisnis dan Industri Klien
Pemahaman terhadap bisnis dan industri klien dapat membantu auditor dalam menilai risiko-risiko yang berkaitan dengan lingkup usaha klien dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien.
Langkah – langkah yang dapat diambil auditor dalam tahap ini yaitu :
a.    Meninjau pabrik dan kantor;
b.    Menelaah kebijakan perusahaan;
c.    Mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
d.    Menelaah Akte Pendirian dan Anggaran Dasar Perusahaan
e.    Menelaah Kontrak-kontrak
2.  Melaksanakan Prosedur Analitik
Prosedur analitik merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungn yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan.
Dalam tahap perncanaan, prosedur analitik bertujuan untuk :
a.    Memahami bidang usaha klien
b.    Menilai kelangsungan hidup perusahaan klien
c.    Mengindikasikan kemungkinan salah saji
d.    Mengurangi pengujian rinci
Berikut merupakan 5 jenis prosedur analitis :
a.       Membandingkan data klien dengan data serupa tahun sebelumnya
b.      Membandingkan data klien dengan data rata-rata industry
c.       Membandingkan data klien dengan ekspektasi klien
d.      Membandingkan data klien dengan ekspektasi auditor
3.  Menetapkan Tingkat Materialitas Awal
Materialitas merupakan tingkat salah saji informasi akuntansi yang dapat mengakibatkan perubahan pengaruh terhadap pertimbangan pihak yang memakai informasi tersebut.
Berikut langkah – langkah dalam penetapan tingkat materialitas awal :
a.    Menetapkan pertimbangan materialitas awal
Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional.
b.    Mengalokasikan pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan.
c.    Memperkirakan salah saji dan membandingkan dengan penilaian awal
Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah saji yang diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah saji yang mungkin terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Yang kedua adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi.
d.    Mengestimasikan salah saji gabungan
e.    Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal
4.  Mempertimbangkan resiko audit
Risiko AuditRisiko audit adalah risiko auditor tanpa sadar tidak melakukan modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah sajimaterial (SAS 47 (AU 312.02)).Tujuan laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salahsaji yang material. Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas darisalah saji material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. Apabila auditor menganggap keyakinan yang memadai pada tingkat kepastian 99% bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, maka risiko audit adalah 1%. Tantangan akhir dari suatu audit adalah bahwa suatu audit adalah auditor tidak dapat memeriksa semua buktiyang berkaitan dengan setiap asersi untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi. Komponen risiko audit Seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan risiko audit untuk setiapsaldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi yang relevan dengansaldo akun dan golongan transaksi yang material. Factor risiko yang relevan dengan suatuasersi biasanya berbeda dengan factor risiko yang relevan dengan asersi lainnya untuk saldo akun atau golongan transaksi yang sama.
·         Risiko Bawaan (inherent risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salahsaji yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yangterkait. Penilaian terhadap risiko bawaan meliputi evaluasi factor-faktor yangdapat menyebabkan salah saji pada suatu asersi. Sebagai contoh, perhitunganyang rumit lebiih mungkin menimbulkan salah saji dibandingkan dengan perhitungan sederhana.
·         Risiko Pengendalian (control risk)
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji yang materialdalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas. Manajemen seringkali mengakuiadanya risiko salah saji yang melekat pada sistem Akuntansi, sehingga menajemen berusaha merancang struktur pengendalian intern untuk mencegah,mendeteksi, dan mengoreksi salah saji tersebut secara tepat waktu. Contohnya adalah ketika risiko salah saji yang material untuk suatu asersi dapat dikurangiapabila auditor memiliki bukti bahwa pengendalian intern atas asersi tersebuttelah secara efektif dirancang dan diterapkan dalam operasi.
·         Resiko Deteksi (detection risk )
Risiko deteksi adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksisalah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Setelah auditor membuatkeputusan tentang risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secarakeseluruhan, maka ia dapat menggunakan model risiko audit untuk membuatkeputusan tentang bukti audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampaitingkat serendah mungkin. Saat ini, banyak prosedur audit yang melibatkan penggunaan teknik audit dengan bantuan computer sehingga auditor dapatmenggunakan teknologi untk membuat audit lebih efisien
5.  Mengembangkan strategi audit awal
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan auditor adalah untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat apakah, dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi bukti tentang asersi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.Karena keterkaitan antara bukti audit, materialitas, dan komponen risiko audit (risiko bawaan, risiko pengendalian, danm risiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi.
6.  Memahami struktur pengendalian intern
Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu :
a.    Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
Kunci lingkungan pengendalian adalah:
·         Integritas dan Etika
·         Komitmen terhadap Kompetensi
·         Struktur Organisasi
·         Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
·         Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik
b.    Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:
·         Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
·         Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
·         Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko
c.    Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan.
Aktivitas pengendalian meliputi:
·         Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
·         Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
·         Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
·         Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
·         Evaluasi secara independen atas kinerja
·         Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
·         Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan
d.    Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.
e.    Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi :
· Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.
· Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit dan reviu.
· Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan untuk menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.

Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).



Selasa, 16 April 2013

TUGAS RANGKUMAN

MEMONITOR KORUPSI : BUKTI DARI SEBUAH PENELITIAN DI INDONESIA
Oleh : Benjamin A. Olken (Harvard University and National Bureau of Economic Research)

Paper ini berisi tentang pengujian hasil dari suatu penilitian di Indonesia, yang didisain untuk menyelidiki pendekatan alternatif untuk menanggulangi korupsi.
Adapun paper ini menguji akibat dari dua strategi yaitu:
1.      Top-down monitoring yang dilakukan akuntan publik/ pemerintah.  
2.      Bottom-up monitoring melalui keikut sertaan desa pada proses monitoring desa.
Hasil penilitian menyatakan bahwa peningkatan kemungkinan dari audit eksternal pada hakikatnya mengurangi pembiayaan yang hilang pada proyek. Pada hal tertentu, meningkat kemungkinan suatu desa teraudit oleh kantor audit pemerintah pusat dari baseline 4 % sampai 100 % dikurangi penjualan yang hilang dari 27,7 ke 19,2 presen poin.  
Salah satu alasan penururunan tidak lebih dari itu adalah audit 100% tidak dapat menyiratkan pejabat desa, 100% kemungkinan medeteksi korupsi dan menetapkan hukuman. Walaupun auditor menemukan beberapa jenis pelanggaran, 90% dari total desa yang dikunjungi, kebanyakan pelanggaran yang terjadi adalah prosedur yang bersifat alami dan jumlahnya sangat sedikit.  Kemungkinan yang rendah dari suatu prosedur formal dan hukuman yang menganjurkan hukuman yang lebih tinggi pada saat pengusutan mungkin akan menjadi pelengkap keefektifan ke kemungkinan audit yang lebih tinggi. Penulis juga menyarankan untuk mempublikasikan hasil audit kepada masyarakat umum, sehingga dapat digunakan dalam membuat pilihan ekektoral dan kemungkinan digunakan sebagai pelengkap dalam hukuman formal.
Bukti yang diperoleh pada partisipasi masyarakat desa menunjukan bahwa bertambhnya masyarakat desa dalam melakukan pengawasan, mengurangi hilangnya pembelanjaan hanya di bawah serangkaian keadaan.
1.       hasilnya menunjukkan bahwa mengundang lebih penduduk desa untuk memantau pertemuan mengurangi  hilang pembelanjaan/pengeluaran, tenaga kerja dengan tak berdampak pada materi dan, sebagai konsekuensi, dampak kecil secara keseluruhan.
2.       Kedua, hasilnya menunjukkan bahwa anonym mengeluarkan komentar untuk masyarakat desa  mengurangi missing expenditure hanya jika komentar dibagikan melalui sekolah di desa, benar-benar melewati pejabat desa yang mungkin telah terlibat dalam proyek. Ini menunjukkan bahwa keperdulian harus diambil dalam merancang program pengawasan grassroots untuk memastikan bahwa mereka tidak ditangkap oleh para elit lokal.
Hasil dalam makalah ini mewakili hasil dari sebuah short-run intervensi. Jika auditor yang bribable, dari waktu ke waktu desa dapat mengembangkan dan menjalin hubungan dengan auditor yang dapat membuat menyuap auditor lebih mudah daripada dalam kasus satu episode diperiksa di sini. Ini mungkin kusarankan, misalnya, yang sering rotasi auditor probabilitas atau lebih rendah dari audit dikombinasikan dengan makin tingginya hukuman  dapat optimal.
Bahkan untuk satu kali ini intervensi, hasil tertentu akan menjadi jelas
hanya dengan waktu. Sebagai contoh, setelah beberapa tahun, maka akan jelas
apakah peningkatan pengawasan yang dikenakan oleh audit mempengaruhi yang
memilih untuk terlibat dalam manajemen proyek, dan apakah negatif
temuan audit mempengaruhi probabilitas pemilihan aparat desa.
Mengurangi korupsi juga dapat mengurangi pengeluaran kampanye untuk desa kantor, karena sewa dari mendapatkan posisi ini akan mengalami penurunan. Apakah pembelanjaan kampanye dikurangi berbentuk sedikit bantuan tunai kepada warga desa, atau banner iklan sedikit calon 'nama, akan menentukan kesejahteraan utama ekuilibrium umum sosial implikasi dari pengurangan korupsi. Efisiensi dampak pengurangan korupsi juga akan menjadi lebih jelas dengan waktu karena kita dapat mengamati perubahan dalam berapa lama jalan berlangsung. memahami
implikasi jangka panjang kebijakan anti korupsi tetap menjadi penting
masalah untuk penelitian masa depan

Selasa, 02 April 2013

PENGENDALIAN INTERN DENGAN KERANGKA COSO

Coso???

Jangan ngaku anak akuntansi kalau kalian ga tahu apa itu COSO!

Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission atau yang lebih dikenal dengan COSO merupakan inisiatif bersama dari lima organisasi profesional sektor swasta yaitu :
  1. American Accounting Association
  2. American Institute of CPAs (AICPA)
  3. Financial Executives International
  4. The Association of Accountants and Financial Professionals in Business
  5. The Institute of International Auditors
COSO mendedikasikan untuk menyediakan kepemimpinan pemikiran melalui pengembangan kerangka kerja dan pedoman manajemen risiko perusahaan, pengendalian internal dan pencegahan penipuan dan berdiri pada tahun 1985.

Walaupun disponsori sama 5 professional association, tapi pada dasarnya komisi ini bersifat independen dan orang-orang yang duduk di dalamnya berasal dari beragam kalangan: industri, akuntan publik, Bursa Efek, dan investor. Nama ‘Treadway’ sendiri berasal dari nama ketua pertamanya yaitu James C. Treadway, Jr.
  
Adapun Visi dan Misi adalah sebagai berikut
Misi 
Komite Sponsoring Organisasi '(COSO) misinya adalah untuk memberikan pemikiran kepemimpinan melalui pengembangan kerangka kerja yang komprehensif dan pedoman manajemen risiko perusahaan, pengendalian internal dan pencegahan penipuan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja organisasi dan pemerintahan dan untuk mengurangi
tingkat kecurangan dalam organisasi.
Visi
Visi COSO adalah untuk menjadi pemimpin pemikiran yang diakui di pasar global pada pengembangan bimbingan di bidang risiko dan kontrol yang memungkinkan tata kelola organisasi yang baik dan pengurangan penipuan.

Pada tahun 1992 COSO mengeluarkan definisikan  tentang pengendalian intern sebagai berikut: Internal control is process, affected by entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:
  • Effectiveness and efficiency of operations
  • Realibillty of Financial Reporting
  • Compliance with Applicable laws and regulations
Atau terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut : sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini:
  • Efektivitas dan efisiensi operasi
  • Keandalan pelaporan keuangan
  • Kepetuhan kerhadap hukum dan peraturan yang berlaku).
Menurut COSO framework, Internal control terdiri dari 5 komponen yang saling terkait, yaitu:

  1. Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan kompetensi dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab serta mengorganisasikan dan mengembangkan orangnya, perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh board.
  2. Penaksiran risiko (risk assessment). Mekanisme yang ditetapkan untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang berkaitan dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.
  3. Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.
  4. Informasi dan komunikasi (informasi and communication). Sistem yang memungkinkan orang atau entitas, memperoleh dan menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.
  5. Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu dipantau, proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya
Di tahun 2004, COSO mengeluarkan report ‘Enterprise Risk Management – Integrated Framework’, sebagai pengembangan COSO framework di atas. Dijelaskan ada 8 komponen dalam Enterprise Risk Management, yaitu: 
  • Internal Environment
  • Objective Setting
  • Event Identification
  • Risk Assessment
  • Risk Response
  • Control Activities
  • Information and Communication
  • Monitoring
 

Tujuan utama Enterprise Risk Management (ERM) adalah untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di seluruh organisasi. ERM Pelaksana dapat tampak seperti tugas yang menakutkan tetapi ketika satu mendapatkan pemahaman tentang apa itu, dan kemudian menjadi lebih mudah untuk memahami bagaimana hal itu dapat diimplementasikan.


perubahan Versi COSO



Senin, 25 Maret 2013

PERENCANAAN AUDIT


PERENCANAAN AUDIT
KELOMPOK 9
SILVIA DEWI L C1C010050
CITRA PUSPITA C1C010053
SAUSAN NUHAA M C1C010055
DEDE EROS R C1C010058
YUNI HIZIATUN C1C010078


Perencanaan merupakan tahapan yang penting dalam audit, karena perencanaan mengatur mengenal urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam standar auditing bagian standar pekerjaan lapangan, menyatakan bahwa :“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”
Perencanaan Audit merupakan tahap kedua dari suatu audit yang menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.

 Luas perencanaan audit dipengaruhi oleh:
·         Ukurandankompleksitasperusahaanklien
·         Pengalamanauditor denganklien
·         Pengetahuandankemampuanauditor besertaseluruhstafnya


Adapun tujuan Perencanaan Audit ialah:
·        Memperoleh bukti kompeten yang mencakupi dalam situasinya pada saat itu
·         Menekan biaya audit
·         Menghindari salah pengertian dengan klien

Tahapan dalam perencanaan aduit meliputi

1        1.    Memahami Bisnis dan Industri Klien
Pemahaman terhadap bisnis dan industri klien dapat membantu auditor dalam menilai risiko-risiko yang berkaitan dengan lingkup usaha klien dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien.
Langkah – langkah yang dapat diambil auditor dalam tahap ini yaitu :
a.    Meninjau pabrik dan kantor;
b.    Menelaah kebijakan perusahaan;
c.    Mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
d.    Menelaah Akte Pendirian dan Anggaran Dasar Perusahaan
e.    Menelaah Kontrak-kontrak
2.  Melaksanakan Prosedur Analitik
Prosedur analitik merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungn yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan.
Dalam tahap perncanaan, prosedur analitik bertujuan untuk :
a.    Memahami bidang usaha klien
b.    Menilai kelangsungan hidup perusahaan klien
c.    Mengindikasikan kemungkinan salah saji
d.    Mengurangi pengujian rinci
Berikut merupakan 5 jenis prosedur analitis :
a.       Membandingkan data klien dengan data serupa tahun sebelumnya
b.      Membandingkan data klien dengan data rata-rata industry
c.       Membandingkan data klien dengan ekspektasi klien
d.      Membandingkan data klien dengan ekspektasi auditor
3.  Menetapkan Tingkat Materialitas Awal
Materialitas merupakan tingkat salah saji informasi akuntansi yang dapat mengakibatkan perubahan pengaruh terhadap pertimbangan pihak yang memakai informasi tersebut.
Berikut langkah – langkah dalam penetapan tingkat materialitas awal :
a.    Menetapkan pertimbangan materialitas awal
Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional.
b.    Mengalokasikan pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan.
c.    Memperkirakan salah saji dan membandingkan dengan penilaian awal
Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah saji yang diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah saji yang mungkin terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Yang kedua adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi.
d.    Mengestimasikan salah saji gabungan
e.    Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal
4.  Mempertimbangkan resiko audit
Risiko AuditRisiko audit adalah risiko auditor tanpa sadar tidak melakukan modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah sajimaterial (SAS 47 (AU 312.02)).Tujuan laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salahsaji yang material. Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas darisalah saji material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. Apabila auditor menganggap keyakinan yang memadai pada tingkat kepastian 99% bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, maka risiko audit adalah 1%. Tantangan akhir dari suatu audit adalah bahwa suatu audit adalah auditor tidak dapat memeriksa semua buktiyang berkaitan dengan setiap asersi untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi. Komponen risiko audit Seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan risiko audit untuk setiapsaldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi yang relevan dengansaldo akun dan golongan transaksi yang material. Factor risiko yang relevan dengan suatuasersi biasanya berbeda dengan factor risiko yang relevan dengan asersi lainnya untuk saldo akun atau golongan transaksi yang sama.
·         Risiko Bawaan (inherent risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salahsaji yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yangterkait. Penilaian terhadap risiko bawaan meliputi evaluasi factor-faktor yangdapat menyebabkan salah saji pada suatu asersi. Sebagai contoh, perhitunganyang rumit lebiih mungkin menimbulkan salah saji dibandingkan dengan perhitungan sederhana.
·         Risiko Pengendalian (control risk)
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji yang materialdalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas. Manajemen seringkali mengakuiadanya risiko salah saji yang melekat pada sistem Akuntansi, sehingga menajemen berusaha merancang struktur pengendalian intern untuk mencegah,mendeteksi, dan mengoreksi salah saji tersebut secara tepat waktu. Contohnya adalah ketika risiko salah saji yang material untuk suatu asersi dapat dikurangiapabila auditor memiliki bukti bahwa pengendalian intern atas asersi tersebuttelah secara efektif dirancang dan diterapkan dalam operasi.
·         Resiko Deteksi (detection risk )
Risiko deteksi adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksisalah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Setelah auditor membuatkeputusan tentang risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secarakeseluruhan, maka ia dapat menggunakan model risiko audit untuk membuatkeputusan tentang bukti audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampaitingkat serendah mungkin. Saat ini, banyak prosedur audit yang melibatkan penggunaan teknik audit dengan bantuan computer sehingga auditor dapatmenggunakan teknologi untk membuat audit lebih efisien
5.  Mengembangkan strategi audit awal
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan auditor adalah untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat apakah, dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi bukti tentang asersi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.Karena keterkaitan antara bukti audit, materialitas, dan komponen risiko audit (risiko bawaan, risiko pengendalian, danm risiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi.
6.  Memahami struktur pengendalian intern
Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu :
a.    Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
Kunci lingkungan pengendalian adalah:
·         Integritas dan Etika
·         Komitmen terhadap Kompetensi
·         Struktur Organisasi
·         Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
·         Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik
b.    Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:
·         Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
·         Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
·         Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko
c.    Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan.
Aktivitas pengendalian meliputi:
·         Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
·         Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
·         Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
·         Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
·         Evaluasi secara independen atas kinerja
·         Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
·         Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan
d.    Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.
e.    Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi :
· Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.
· Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit dan reviu.
· Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan untuk menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.

Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).



 

yuni hiziatun Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea